
Semua
pihak yang terlibat dalam bisnis properti dituntut untuk memasukkan agenda
upaya pengurangan laju pemanasan global sebagai prioritas kebijakan. Sebab, isu
pemanasan global ini memunculkan potensi hilangnya pemasukan bagi pengembang,
arsitek, konsultan mekanikal-elektrikal, manajemen properti, dan bidang
profesional lainnya jika mereka tidak peduli dengan konsep bangunan yang
berwawasan lingkungan (green building).
Konsep
green building sebenarnya telah mengemuka sejak dua dekade belakangan. Konsep
tersebut digulirkan karena banyak bangunan atau gedung bertingkat yang lebih
memprioritaskan aspek arsitektur, tanpa memerhatikan efisiensi penggunaan energi.
Dengan kata lain, green building merupakan salah satu solusi bagi insan dunia
properti untuk mengambil peran dalam mengurangi laju pemanasan global.
Tak
satu pun gedung pencakar langit di Indonesia
memiliki ciri bangunan iklim tropis, apalagi didesain dengan arsitektur khas Indonesia.
Sebaliknya, tidak mudah juga menerapkan arsitektur tropis pada gedung-gedung bertingkat tinggi di Indonesia. Hal itu karena kaca jendela di ruang gedung lantai atas harus tertutup rapat untuk mencegah masuknya tiupan angin yang keras. Akibatnya, udara di bagian dalam ruangan akan menjadi lebih pengab. Solusi yang dilakukan oleh kebanyakan pengembang adalah memasang pendingin ruangan (air conditionin)/AC).
Sebaliknya, tidak mudah juga menerapkan arsitektur tropis pada gedung-gedung bertingkat tinggi di Indonesia. Hal itu karena kaca jendela di ruang gedung lantai atas harus tertutup rapat untuk mencegah masuknya tiupan angin yang keras. Akibatnya, udara di bagian dalam ruangan akan menjadi lebih pengab. Solusi yang dilakukan oleh kebanyakan pengembang adalah memasang pendingin ruangan (air conditionin)/AC).
Padahal,
penggunaan pendingin ruangan yang memakai bahan pendingin (refrigen) dari CFC (khloro fluoro carbon) dapat menyebabkan
penipisan lapisan ozon di atmosfer. Akibatnya, radiasi matahari yang
dipantulkan oleh bumi tak bisa menembus atmosfir tak terperangkap di permukaan
bumi sehingga meningkatnya suhu permukaan bumi atau terjadilah pemanasan
global.
Penyebab
utama pemanasan global adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batubara,
minyak bumi, dan gas alam, yang melepas CO2 dan gas-gas lain yang dikenal
sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas
rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas
dari matahari yang dipancarkan ke bumi.
Dampak
pemanasan global di antaranya adalah mencairnya bongkahan-bongkahan es (glezer) di Kutub Utara. Konon, pencairan
es itu sudah mencapai 10 kilometer, ozon menipis, cuaca semakin tidak teratur.
Yang seharusnya musim panas, menjadi musim hujan, yang musim hujan, menjadi
musim panas.
Salah
satu cara untuk mengurangi pemanasan global ini adalah dengan pembangunan GREEN
BUILDING (rumah hijau) atau yang sering dikenal dengan rumah ramah
lingkungan.
green
building adalah gedung yang dibangun dan dioperasikan dengan dampak ekonomi,
sosial, dan lingkungan yang rendah. Selain itu juga memperhatikan kesehatan,
kesejahteraan, serta kualitas hidup orang-orang yang bekerja di dalamnya.
Istilah
Green building merupakan upaya untuk menghasilkan bangunan dengan menggunakan
proses-proses yang ramah lingkungan, penggunaan sumber daya secara efisien
selama daur hidup bangunan sejak perencanaan, pembangunan, operasional,
pemeliharaan, renovasi bahkan hingga pembongkaran.
Bangunan
hijau (green building) didesain untuk mereduksi dampak lingkungan terbangun
pada kesehatan manusia dan alam, melalui : efisiensi dalam penggunaan energi,
air dan sumber daya lain ; perlindungan kesehatan penghuni dan meningkatkan
produktifitas pekerja ; mereduksi limbah / buangan padat, cair dan gas,
mengurangi polusi / pencemaran padat, cair dan gas serta mereduksi kerusakan
lingkungan.
Green building memanfaatkan material dengan prinsip “daur pakai” (reuse), “daur ulang”(recycle) dan terbuat dari bahan yang dapat diperbaharui (renewable resources);
Menciptakan lingkungan dalam bangunan dengan polutan minimal (mereduksi material yang menghasilkan emisi) dan Landscape yang mereduksi penggunaan air (menggunakan tumbuhan setempat)
Manfaat rumah hijau:
A. Manfaat Lingkungan
* meningkatkan dan melindungi keragaman ekosistem
* memperbaiki kualitas udara
* memperbaiki kualitas air
* mereduksi limbah
* konservasi sumber daya alam
B. Manfaat Ekonomi
* Mereduksi biaya operasional
* Menciptakan dan memperluas pasar bagi produk dan jasa hijau
* Meningkatkan produktivitas penghuni
* Mengoptimalkan kinerja daur hidup ekonomi
C. Manfaat Sosial
* Meningkatkan kesehatan dan kenyamanan penghuni
* Meningkatkan kualitas estetika
* Mereduksi masalah dengan infrastruktur lokal
* Meningkatkan kualitas hidup keseluruhan
Green building memanfaatkan material dengan prinsip “daur pakai” (reuse), “daur ulang”(recycle) dan terbuat dari bahan yang dapat diperbaharui (renewable resources);
Menciptakan lingkungan dalam bangunan dengan polutan minimal (mereduksi material yang menghasilkan emisi) dan Landscape yang mereduksi penggunaan air (menggunakan tumbuhan setempat)
Manfaat rumah hijau:
A. Manfaat Lingkungan
* meningkatkan dan melindungi keragaman ekosistem
* memperbaiki kualitas udara
* memperbaiki kualitas air
* mereduksi limbah
* konservasi sumber daya alam
B. Manfaat Ekonomi
* Mereduksi biaya operasional
* Menciptakan dan memperluas pasar bagi produk dan jasa hijau
* Meningkatkan produktivitas penghuni
* Mengoptimalkan kinerja daur hidup ekonomi
C. Manfaat Sosial
* Meningkatkan kesehatan dan kenyamanan penghuni
* Meningkatkan kualitas estetika
* Mereduksi masalah dengan infrastruktur lokal
* Meningkatkan kualitas hidup keseluruhan
0 comments:
Post a Comment